Seni musik mungkin menjadi pelajaran yang sangat menyenangkan. Memainkan instrumen musik seperti gitar, pianika, harmonika, recorder, cajon dan lain-lain itu sangat menghibur hati. Apalagi kalau bernyanyi, rasanya seperti berada di sekolah musik saja. Namun, hal ini akan menjadi mimpi yang tak pernah terjadi jika kalian memiliki guru seperti pak OB. Hampir semua anak di SMAN 3 Medan tidak mengetahui nama lengkap beliau, karna beliau sering memperkenalkan diri dengan singkatan namanya saja. (Atau memang Author yang lupa)
Pak OB, seorang pria bertubuh tinggi tegap, memiliki banyak rambut putih di kepalanya, sering membawa tas tenteng berwarna hitam. Berperawakan tegas, terlihat mudah emosi, dan perfeksionis jika menyangkut masalah melodi lagu. Beliau bilang beliau tidaklah seorang profesional dibidang musik, namun beliau hanya bisa bermain musik. Beberapa saat yang lalu beliau pernah main keyboard di kelas (dengan lagu lawasnya) untuk memperkenalkan kepada kami intro dan interlude sebuah lagu.
Sejak awal pertemuan, beliau sudah menjelaskan kronologis yang akan terjadi di dua semester beliau mengajar kami. Yaitu, semester pertama beliau akan mengajarkan teori tentang musik (tangga nada; kres, mayor, minor, ....) dan semester kedua beliau akan menguji (Baca: Tidak mengajari) kita dalam memainkan instrumen musik. Pengujian ini dilakukan 4 tahap. Tahap pertama ialah untuk NH-1, menguji do-re-mi-fa-sol-la-si-do, dan sepenggal lagu. Tahap kedua, membagi-bagi kami menjadi beberapa kelompok (maka lahirlah Suckseed, Bleeding Lotus, Pandora's harmony, D3FUN, Slipknot dan masih ada beberapa lagi (lupa authornya). Banyak sekali yang mengkritik pak OB bahwa beliau semestinya mengajari muridnya instrumen tersebut sebelum beliau mengetes nya satu persatu. Bener sekali *angkat bambu*
Nah, hal inilah yang menjadi penderitaanya, sudah author jelasin sebelumnya bahwa pak OB ini sangat perfeksionis dalam mendengar melodis lagu. Jika kalian menekat tuts pianika salah, atau pianika maupun recordernya tidak senada dengan gitar nya. Beliau akan menggelengkan kepala yang notabenya menunjukan bahwa kita akan mendapatkan nilai rendah.
Pada tahap kedua, penampilan berkelompok... sangat mendebarkan, sangat mengerikan. Ujian dengan beliau seperti menghadapi UN saja. Semua nya merasa deg-degan, gugup, panas-dingin. Banyak yang mati-matian menghafal not, ada yang berulang kali ganti lagu, ada yang mencari pengiring dari kelas lain. Semua usaha ini dilakukan demi nilai Seni Musik.
Pada tahap ketiga, ujian individu. Tak kalah bikin deg-degan nya dengan tahap kedua. Yang lebih ekstrem dari tahap ini ialah karena kita main sendiri dan duduk disamping bapak itu. It's like I'm going to die! Banyak yang menghindar dari pelajaran bapak ini dengan alasan IP. Akhirnya... banyak yang akan melakukan ujian remedial.
Masih banyak memang... namun kita harus menjaga privasi bapak itu juga kan? So this is it. I rest this story.
Pak OB, seorang pria bertubuh tinggi tegap, memiliki banyak rambut putih di kepalanya, sering membawa tas tenteng berwarna hitam. Berperawakan tegas, terlihat mudah emosi, dan perfeksionis jika menyangkut masalah melodi lagu. Beliau bilang beliau tidaklah seorang profesional dibidang musik, namun beliau hanya bisa bermain musik. Beberapa saat yang lalu beliau pernah main keyboard di kelas (dengan lagu lawasnya) untuk memperkenalkan kepada kami intro dan interlude sebuah lagu.
Sejak awal pertemuan, beliau sudah menjelaskan kronologis yang akan terjadi di dua semester beliau mengajar kami. Yaitu, semester pertama beliau akan mengajarkan teori tentang musik (tangga nada; kres, mayor, minor, ....) dan semester kedua beliau akan menguji (Baca: Tidak mengajari) kita dalam memainkan instrumen musik. Pengujian ini dilakukan 4 tahap. Tahap pertama ialah untuk NH-1, menguji do-re-mi-fa-sol-la-si-do, dan sepenggal lagu. Tahap kedua, membagi-bagi kami menjadi beberapa kelompok (maka lahirlah Suckseed, Bleeding Lotus, Pandora's harmony, D3FUN, Slipknot dan masih ada beberapa lagi (lupa authornya). Banyak sekali yang mengkritik pak OB bahwa beliau semestinya mengajari muridnya instrumen tersebut sebelum beliau mengetes nya satu persatu. Bener sekali *angkat bambu*
Nah, hal inilah yang menjadi penderitaanya, sudah author jelasin sebelumnya bahwa pak OB ini sangat perfeksionis dalam mendengar melodis lagu. Jika kalian menekat tuts pianika salah, atau pianika maupun recordernya tidak senada dengan gitar nya. Beliau akan menggelengkan kepala yang notabenya menunjukan bahwa kita akan mendapatkan nilai rendah.
Pada tahap kedua, penampilan berkelompok... sangat mendebarkan, sangat mengerikan. Ujian dengan beliau seperti menghadapi UN saja. Semua nya merasa deg-degan, gugup, panas-dingin. Banyak yang mati-matian menghafal not, ada yang berulang kali ganti lagu, ada yang mencari pengiring dari kelas lain. Semua usaha ini dilakukan demi nilai Seni Musik.
Pada tahap ketiga, ujian individu. Tak kalah bikin deg-degan nya dengan tahap kedua. Yang lebih ekstrem dari tahap ini ialah karena kita main sendiri dan duduk disamping bapak itu. It's like I'm going to die! Banyak yang menghindar dari pelajaran bapak ini dengan alasan IP. Akhirnya... banyak yang akan melakukan ujian remedial.
Masih banyak memang... namun kita harus menjaga privasi bapak itu juga kan? So this is it. I rest this story.